Rabu, 21 November 2012

ini bukan lagi tentang Zionis, tapi Nurani

Assalamualaykum.Wr.Wb
hai guys, kali ini gue akan menggunakan deixis 'saya' supaya lebih terlihat formal dan mengena, hehe

saya merasa bahwa ada yang tidak beres dengan persoalan Palestina dan Israel. umat muslim menganggap bahwa ini sama saja dengan penodaan agama, dan ternyata, oke fine PBB tidak mau mendengarkannya, maka kita mau tidak mau menyimpulkan bahwa ini bukan lagi soal antara Islam dengan Zionis, sekali lagi ini tentang nilai kemanusiaan yang sepertinya tidak ada dalam diri Israel.

ketika saya browsing di internet, saya menemukan gambar ini.




well, begitu saya melihat, nafas saya tertahan sebentar. saya tidak mengeluarkan air mata karena saya tidak merasakan apa yang anak ini rasakan. tapi gambar ini benar-benar menohok saya sampai ke sel-sel yang ada di hati saya yang paling dalam. dan lagi-lagi, ini memang bukan soal Zionis, siapa yang salah, siapa yang pantas mati, siapa yang harus merasakan neraka jahanam, siapa yang harus mengurus mereka, siapa yang patut disalahkan! bukan! bukan itu! ini tentang Nurani, sayang.

Nurani saya memang sedang tertohok, lalu saya harus bagaimana? 
tidak mungkin rasanya saya menjadi relawan ke negeri yang tak saya kenal, jauh, jauh sekali dari pandangan mata saya yang memiliki keterbatasan, padahal untuk sekedar jajan saja saya harus mengemis dari orang tua, ah Palestina. memang jauh sekali letaknya, beribu-ribu kilometer dari tanah kelahiran, tapi adzan yang berkumandang di Masjidil Aqsa menyapu lenyapkan segala alasan dan batasan atas limit jarak. 

saya rasa, tiap orang, entah berasal dari ras kulit apapun dan dari strata sosial apapun, termasuk saya berhak untuk berjuang, walaupun hanya melalui tulisan. dan saya pikir, kalau ada orang yang merasa bahwa umat muslim sedang berlebihan menanggapi persoalan Palestina, sesungguhnya mereka tidak tau bagaimana rasanya tidur hanya dengan replika seorang ibu yang seharusnya raganya benar-benar disamping kita dan melindungi kita.

saya, entah ini memang berasal dari lubuk hati saya atau hanya terprovokasi media semata, saya merasa bahwa saya punya Nurani yang ingin saya kabarkan, bahwa saya bisa merasakan betapa sakitnya melihat orang asing menggorok leher ayah saya, bahwa orang asing mencabik-cabik tubuh ibu saya, bahwa orang asing meluluhlantahkan tanah air saya, bahwa orang asing dengan sekejap mata mencabut kebahagiaan saya menjadi kesengsaraan. 

untuk teman saya, adik-adik saya, kakak-kakak saya, yang saya tidak ingin memakai alasan kalian semua saudara se Islam, karena dunia tidak mau menerimanya, maka akhir kata saya memakai alasan bahwa kalian sama seperti saya, yang memiliki hak untuk hidup dan alasan kemanusiaan, kalian pasti lebih menyadari bahwa semua perjalanan hidup adalah sinema, bahkan lebih mengerikan, bukan? karena darah adalah darah, tangis adalah tangis dan luka tetaplah luka, tak ada pemeran pengganti yang akan menanggung sakit kalian. 

tapi yakin bahwa Allah lah sutradara paling hebat, Dia juga penulis skrip drama perjalanan kalian yang telah Dia tulis dalam Al-Qur'an. kita semua tahu siapa pemenangnya. saya hanyalah penonton yang hanya bisa menyemangati kalian supaya bermain cantik dengan mereka. saya yakin

#salamNurani

Wassalamualaykum.Wr.Wb

Demi Seonggok Eksistensi



Aku pusing. Aku butuh uang, secepatnya. Bagaimanapun caranya. Uang dengan jumlah yang tidak sedikit. Uang untuk membeli tas birkin, membeli make-up import, pergi ke salon bareng temen-temen, creambath rambut, blow rambut, beli dress seksi untuk clubbing tiap malam senin, malam kamis, dan malam minggu. Minimal tiga dress. manicure, pedicure. Gaun untuk pesta akhir bulan. Ke cafe terkenal atau club malam yang anggotanya adalah konglomerat dan juga para pejabat negara. Minimal bisa mengikuti gaya mereka. Semua dituntut untuk berpenampilan menarik. Bukankah untuk itu butuh uang? Uang banyak? Ya, aku harus cari cara agar bisa mendapatkan banyak uang. hanya ada satu barang berharga yang kupunya. Aku ingin menjualnya. Tapi sayang karena hanya ini yang kupunya satu-satunya. ah, kufikir tak apa, karena dengan menjual barang ini aku bisa membeli segalanya.
Pagi-pagi benar aku telah bersiap-siap, menyetop taksi yang lewat. Aku bimbang. Haruskah kujual barang ini? Memang selama ini aku tak melihat fungsi dari barang ini. Benar-benar tak ada gunanya. Tapi jika dilihat-lihat, suatu saat aku akan membutuhkan barang ini, entah kapan. Supir taksi memecah lamunanku. Kubayar taksi dengan uang tunai karena kartu kreditku sudah membengkak tagihannya dan karena alasan itulah aku berniat menjual barang ini.
Akhirnya, tanpa ragu-ragu kutapaki jalanan panjang menuju toko yang akan kukunjungi untuk menjual barang ini. Toko ini amat besar, mewah, bersih dan rapi sekali dengan penjaga toko memakai seragam dan terlihat cantik serta tinggi semampai dihiasi senyum terbaik hasil hiasan gigi yang berbaris rapi. Toko ini dikelilingi kaca super besar yang bersih dan mengkilap. Aku pernah berniat belanja disini, namun uangku tak cukup karena barang yang dijual sangat berkualitas dan mahal. Disini adalah toko jual beli dimana kita bisa menjual barang berharga yang akan dihargai dengan harga yang mahal.
Penjaga toko menyapaku ramah. Begitu tau barang apa yang akan kujual, dahinya mengkerut keatas, menanyakan kembali apakah aku yakin akan menjual barang ini? Kuanggukkan kepalaku tanpa ragu sedikitpun. Tanpa ragu karena kulihat ada beberapa orang yang juga sedang menjual barang yang sama denganku. Penjaga toko itu menunjukkan jumlah nominal yang ia tawarkan. Aku takjub, heran, gembira begitu melihat banyaknya deretan nol yang tertera. Aku mengiyakan, lalu kami berjabat tangan tanda setuju.
Kumasukkan uang dalam tas, tidak muat karena terlalu banyak. Akhirnya kutaruh uang ini kedalam kantong kresek. Aku senang, setidaknya pesta malam ini akan dihiasi dengan pakaian mewah yang melekat di tubuhku. Aku membayangkan berjalan dikarpet merah sambil orang-orang yang melihatku berteriak kagum karena kemewahan baju yang kupakai. Tanpa berfikir panjang, kugunakan uang ini, tenang tak akan habis.
Kulangkahkan kakiku menuju butik terkenal dikota Jakarta. Kupilih-pilih baju dari harga yang termahal. Setelah itu kucoba dikamar ganti. Dress berwarna merah maroon dengan detail yang eksotis, tidak terlalu pendek, hanya sepuluh senti panjangnya dari kemaluanku. Bagian punggungnya sangat transparan hingga keindahan pinggangku terlihat jelas dan menawan. Ditambah lagi cekungan pas diatas belahan dada, membuat separuh payudaraku terlihat jelas. Tak ada hiasan apa-apa selain ukuran yang minimalis. Kubawa dress itu ke kasir, tiga juta lima ratus dua puluh lima ribu rupiah. Dengan santai kuserahkan uang empat juta, lalu sisa kembalinya kubiarkan saja. Kasir tersebut tersenyum sambil mengucapkan terima kasih.
Kulangkahkan kaki jenjangku keluar butik sambil menengok-nengok gaun yang tergantung di sebelah kanan kiri tembok sambil berlagak bak nonik-nonik rusia. Aku membayangkan memakai dress mahal ini. Lima langkah kakiku terhenti oleh sebuah toko yang menjual aneka ragam G-String. Kulangkahkan kakiku masuk ke sebuah toko Victorian Secret. Kuraih G-String berwarna hitam bercampur merah darah dengan aksen renda-renda polka dot dengan pita mengelilingi renda, sungguh terlihat seksi. Kubayar sambil menyerahkan uang seratus ribu rupiah berjumlah tujuh lembar. Kulemparkan senyum angkuh seraya menaikkan sedikit dagu lancipku, kemudian kujentikkan jemari lentikku bercat cokelat tua. taksi segera berhenti dan supir itu membukakan pintu untukku seraya memasukkan tas karton besar bertuliskan centre de luxe ke dalam bagasi sambil kuingatkan untuk hati-hati terhadap gaun mahalku.
Satu jam dalam perjalanan akhirnya sampai juga didepan kos-kosan mungil tempatku tinggal. Jakarta memang Ibu Kota yang tak pernah tidur, selalu menuai peluh. Kuberikan uang receh kembalian dari membeli G-String sambil mengingatkan untuk menjemputku tepat pukul tujuh malam. Semua penghuni kos menatapku aneh, sinis lebih tepatnya. Mereka memang tidak pernah melihat kantong belanjaan semewah ini. Kuacuhkan mereka sambil membuka pintu kamarku yang lumayan berantakan. Kulihat sisa uangku, masih banyak. Aku tersenyum sambil merebahkan tubuhku telentang diatas kasur.
Mataku terbuka sambil mengarah ke jam dinding. Aku kaget luar biasa lalu dengan cepat aku mandi, luluran sebentar lalu kugunakan G-String mahalku perlahan. Kulihat tubuhku dicermin besar, terlihat jelas cermin itu memantulkan paha putihku yang mulus serta payudaraku yang besar tertutupi setengah oleh renda-renda G-String. Kupakai dress mahalku dengan sangat hati-hati. Sangat anggun menawan.
Taksi sudah datang setengah jam yang lalu. Dengan cepat kulangkahkan kaki menuju taksi yang sudah lama menunggu. Sambil terduduk didalam kemacetan, kulihat arloji mahalku, masih pukul delapan. Ada waktu untuk kesalon. Sesampainya disalon langgananku, dengan cepat laki-laki berlagak seperti perempuan itu paham maksudku. Pertama rambut panjangku dicuci perlahan, lalu di creambath, kemudian pundakku dipijat untuk relaksasi. Rambutku di blow dan di cat warna cokelat tua. tak lupa kuingatkan bahwa malam ini pesta yang sangat luar biasa, aku harus sempurna. Kemudian ia meraih jemari langsingku dan segera menyulapnya menjadi kuku bercat merah muda. Setelah itu kakiku, dan ia mendandaniku dengan sangat hati-hati. Mulai dari alas bedak, kemudian alis mata, eyeshadow, eyeliner, hingga blush on. Semuanya sudah selesai. Kucium pipi kanan kiri nya sambil mengucapkan terima kasih. Kubayar di kasir dengan sangat hati-hati, takut cat dikuku jemariku tergores.
Lima belas menit kemudian, klakson berbunyi dari luar. Kuintip dari jendela besar salon, ternyata jaguar hitam berpelat merah. Temanku sudah datang rupanya. Dengan cepat kulangkahkan kakiku berhiaskan high heels warna cream ke dalam mobil mewah tersebut. Kulihat teman-temanku sedang minum beberapa botol bir. Kubilang bahwa pesta belum dimulai sambil menyunggingkan senyum indahku berhiaskan lesung pipi dikanan kiri. Teman-temanku adalah anak dari orang-orang terkenal, pejabat tinggi negara, pemilik saham terbesar diluar negeri, hingga pemilik apartemen mewah diluar dan di dalam negeri.
Tak terasa sudah sampai. Aku takjub bukan main. Inilah pesta yang selalu kuidam-idamkan. Aku masuk sambil menyunggingkan senyum tipis. Kulihat pakaian orang-orang yang datang dibutik tempatku membeli dress ini. Kulangkahkan kakiku menuju dance floor. Dengan sangat hati-hati kulemparkan pandangan pada salah satu laki-laki berwajah blasteran Arab Jerman yang sedang duduk sambil menenggak bir impor. Ia menatapku sambil tersenyum penuh arti. Kulihat matanya berwarna biru kehijauan dihiasi hidung mancung. Aku mengangguk sambil memainkan ujung rambutku, lalu dengan sangat hati-hati ia mendekatiku. Tak lama lagu berubah ke dalam aransemen yang sangat lambat. Tak ragu, ia melingkarkan kedua tangannya dipinggul menawanku. Dengan sangat hati-hati kukalungkan kedua tangan kurusku ke lehernya yang jenjang. Kami tersenyum, saling memandang, tak lupa ia memujiku dengan kata-kata rayuan. Aku terhipnotis oleh ketampanan dan tubuh atletisnya. Kulihat mulutnya sedikit mengeluarkan air liur ketika menatap payudaraku, lidahnya tak berhenti bergerak, kulihat jakunnya bergerak keatas kebawah karena menelan ludah. Ia merapatkan pelukan kami sambil matanya terus-menerus mengawasi lekuk tubuh indahku. Kening kami beradu, ia mendaratkan bibirnya kehidungku, kemudian pipiku, lalu lama ia menciumi leher jenjangku dan terakhir tepat dibibirku.
Hal ini sangat biasa kulakukan ketika pesta berlangsung. Berdansa dengan banyak lelaki, mencumbu leherku. Ritme napasku kian meningkat. Ia menciumku ganas. Sesekali menggigit bibir tipisku sambil melumat lipstik yang menyapu bibirku. Terasa indah. Ia menggiringku menuju kamar. Aku pasrah bukan main. Ia meminta kunci kamar di bar sambil merengkuh pinggangku kencang.
Tubuhku panas dingin. Ia merebahkanku diatas ranjang empuk. Ia menanggalkan dress mahalku kelantai. Tubuh atletisnya menindihku dan menciumi keningku, melumat bibirku, mencium leher jenjangku, lalu menciumi payudaraku, kemudian kemaluanku. Hey, apa yang terjadi? Mengapa ia begitu kurang ajar? Aku teringat pesan ibu bahwa tak ada orang lain yang boleh menjamah tubuhku kecuali suamiku kelak, tak ada yang boleh. Aku pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya, juga olehnya. Akan tetapi, saat ia mulai melumat kemaluanku, aku memukul kepalanya menggunakan barang berhargaku. Kemudian ia sadar dan meminta maaf sambil meninggalkanku pergi. Tapi kali ini lain. Kuingat-ingat barang itu. Aku lupa menaruhnya. Dimana? Ah, brengsek! Bukankah barang itu sudah kujual tadi pagi dengan imbalan harga yang sangat mahal? Sekarang aku tak bisa berbuat apa-apa. Tak ada lagi yang mampu menolongku kecuali barang itu. Namun sekarang, barang itu sudah kujual. Aku pasrah ia menjamah seluruh tubuhku. Ternyata barang itu sangat berharga didalam situasi seperti ini.
Tubuhku lemas tak berdaya sambil gelinjangan bukan main. Ia tersenyum nakal padaku. Aku tak bisa apa-apa kecuali hanya menikmati apa yang sedang ia lakukan. Ia mengarahkan kepalaku kebawah dan membiarkanku menghisapnya. Ia mendesah sambil menjambak rambut indahku. Aku senang mendengar desahannya. Peluh menempel pada tubuh kami. Malam masih panjang. Tak lama kemaluanku terasa sakit, sangat sakit tapi lama-kelamaan aku menikmati adegan ini. Aku tak pernah bisa membayangkan betapa jijiknya aku terhadap kemaluan lelaki. Namun saat ini, aku membayangkan betapa nikmatnya kemaluan yang sekarang sedang berada di dalam kemaluanku. Ini sungguh ironi. Ketika sedang membayangkan, tiba-tiba sesuatu yang begitu hangat menyembur kemaluanku. Aku lemas. Tak berdaya. Kemudian setelah beberapa detik, perutku terasa mual, ingin muntah, lalu dengan cepat ia menariknya dan melemparkanku selimut tebal. Dengan buru-buru ia memakai celana dalam, kemejanya lalu celana jeans nya sambil melemparkan puluhan uang seratus ribuan kearah mukaku sambil tersenyum dan berkata bahwa uang itu sebagai ganti karena ia telah sedikit merobek dress mahalku. Ia meninggalkanku. Dengan buru-buru kurapikan dandananku, kulihat ada sedikit robekan di bagian dada pada dress mahalku. Tak apa, aku bisa membelinya dengan uang yang barusan ia beri. Kulihat sperma berceceran di seprai tempat tidur, dengan cepat aku langsung menuju bar.
Teman-temanku sudah pulang sejak tadi. Aku menyetop taksi lalu pulang kekosan. Tubuhku gontai, kotor, lemas, jijik, tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku menikmati adegan tadi, tapi seandainya aku tak menjual barang berharga itu, pasti ia takkan mungkin kurang ajar menjamah tubuhku. Sesampainya dikos, aku langsung tertidur, pulas.
Keesokan harinya, kulihat ponselku berdering. Ada pesan singkat dari temanku. Katanya ada sebuah pesta mewah dimana pesta ini bukan untuk sembarang orang. Hanya untuk kalangan pejabat, konglomerat dan pemilik saham terbesar diseluruh dunia. Pesta ini pertama kalinya diadakan di Indonesia, sehingga pesta ini tak mungkin dilewatkan oleh kalangan atas. Aku diundang oleh salah satu temanku yang ayahnya adalah pejabat tinggi negara. Untuk masuk kedalam pesta ini, kita harus membayar mahal, tetapi khusus untuk pejabat tinggi negara dan keluarga, pesta ini gratis. Aku tergiur. Setidaknya untuk melupakan kejadian tadi malam, pikirku. Aku mengiyakan sambil memikirkan gaun apa yang akan kukenakan. Kulihat uangku, tinggal sedikit. Cukup untuk membeli gaun agak murah dan perawatan diri disalon sebentar, hanya sebentar. Karena uangku tidak cukup. Aku menoleh kedalam tas pestaku, ada uang darinya yang semalam ia lempar kearahku. Lumayan jika uangku habis aku masih ada persediaan.
Semua sudah siap. Setidaknya dengan gaun sederhana, tetap terlihat mewah jika melekat pada tubuh rampingku bak model peragaan fashion internasional. Rambutku tertata rapi, walau tak sebagus pesta kemarin. Tidak ada cat yang menempel diatas kuku, putih polos. Kulitku agak sedikit kering, agak sedikit. Sekitar sepuluh persen tingkat kekeringannya karena tidak ada mandi susu dan bleaching disalon langgananku. Kulihat diriku dicermin, agak aneh. Kuraba cerminnya, kusapu bagian atasnya menggunakan jemariku, barangkali ada sedikit debu yang membuat cara kerja cermin terhambat untuk merefleksikan tubuh indahku. Ternyata tidak ada. Cermin ini bersih. Berarti dia jujur. Huh... Memang agak beda dari pesta kemarin malam, ini pasti karena barang yang melekat pada tubuhku tak semewah pesta kemarin malam. Aku ragu untuk datang. Pasti yang datang memakai gaun mewah. Pasti perawatan, dan segala kepastian yang kutakutkan. Tiba-tiba klakson BMW silver berpelat merah memecah lamunanku. Tak sopan bila aku menolak ajakan temanku dan keluarganya. Kulangkahkan kakiku dengan sangat hati-hati karena takut hak sepatuku copot. Sangat hati-hati sekali. Kubuka pintu mobil, lalu perlahan masuk dan duduk dengan anggun. Mama temanku hanya tersenyum tipis sambil melirik penampilanku dari ujung kaki hingga ujung poniku yang kutata agak berantakan, hanya menggunakan hair spray. Aku hanya diam sedangkan temanku dan kedua orang tuanya sibuk bercerita soal rencana kedua orang tuanya membeli salah satu kasino yang berlokasi disepanjang Danube River di Hungaria. Pandanganku dialihkan oleh toko tempat aku menjual barang berhargaku. Entah mengapa malam ini toko itu ramai sekali. Hanya sekilas karena mobil melaju lumayan cepat.
Tak terasa sudah sampai dipelataran gedung pesta. Tak ada hiruk pikuk. Pestanya sangat tertutup. Kata temanku, pesta ini amat ketat pengamanannya. Pintu masuk dijaga oleh dua orang body guard berbadan besar disisi kanan dan kiri. Setiap orang harus dalam pemeriksaan yang ketat. Kedua orang tua temanku sedang merapikan pakaian mereka. Aku melihat dari jauh. Ada yang tidak boleh masuk dan harus kembali pulang. Aku jadi deg-degan setengah mati.
Kami mengantri cukup panjang. Setelah kurang lebih lima belas menit, sampailah pada giliran kami. Orang tua temanku dapat masuk. Kemudian giliran aku. Tiba-tiba mesin inframerah berbunyi kencang. Kedua body guard terheran, aku juga, begitu juga temanku. Salah satu body guard menarik lenganku dengan kencang. Kutanyakan mengapa aku tak dapat masuk. Apa karena bajuku kurang mewah? Atau dandananku tidak disalon mahal?
Salah satu body guard itu menggeleng, dia bilang bahwa syarat masuk hanya menggunakan harga diri. Tetapi mesin inframerah berbunyi tanda aku tak memiliki harga diri. Lalu temanku menanyakan kemana harga diriku. Kubilang bahwa aku sudah menjualnya kemarin pagi. Tapi aku heran pada salah satu orang yang baru saja masuk, bukankah aku melihatnya kemarin pagi sedang menjual harga diri bersamaan denganku? Lalu temanku berkata bahwa orang tersebut baru saja membeli kembali harga dirinya yang telah ia jual. Walaupun dengan harga lima kali lipat lebih mahal.
Betapa bodohnya aku karena telah menjual harga diriku. Kulihat dompetku, masih ada sisa uang darinya. Kupinjam uang pada temanku sebanyak lima kali lipat, untuk berjaga-jaga karena harganya sangat mahal. Kusetop taksi yang melintas didepanku, lalu dengan cepat kusuruh pak sopir menuju toko tersebut. Memang sangat ramai ketika kusampai disana.
Pelayan toko tersenyum padaku, ia masih ingat pada parasku. Langsung kubilang padanya bahwa aku ingin membeli barang berharga yang kujual kemarin pagi, harga diriku. Dengan cepat kuserahkan semua uang yang ada didompetku, juga uang yang tadi kupinjam dari temanku. Lalu pelayan toko itu meminta izin sebentar untuk mengambilkan barang tersebut. Setelah beberapa menit aku menunggu dengan gelisah, pelayan toko tersebut kembali dengan tangan hampa sambil berkata,
“Maaf Nona, harga diri Anda sudah dibeli oleh laki-laki berwajah blasteran Arab Jerman kemarin malam”.
Xxx

Sabtu, 17 November 2012

mbak Ita's wedding in Kediri

Assalamualaykum guys, hehehe balik lagi nih sama gue 
kali ini gue mau ngepost tentang perjalanan gue ke Kediri seminggu yang lalu
well, gue mau menghadiri pernikahan mbak kos gue yang dulu, namanya mbak Ita, dia jurusan gizi, FK-Univ.Brawijaya, nama suaminya mas Agung -InsyaAllah- hehehe
yeah seperti biasa kita para ladies berfoto-foto ria sebelum berangkat. ini gue dan my roommate, Jahra




dan ini dia kita sudah sampai di Kediri, wow amazing yah ternyata Kediri itu 11 12 sama Jakarta, puanassss banget guys. nah yang ditengah itu ada Elok temen satu kontrakan gue dulu waktu semester 2, hehe
sederhana banget yah guys pernikahannya, tapi khidmat. ini sebelum akad nikah berlangsung.





Nah ini dia, foto kami semua, hehe suaminya ikhwan sendiri yang lainnya akhowat. mbak Ita ini gak mau dandanan yang terlalu menor guys, maklum akhowat banget eeeaa



well, perjalanan dari jam6 sampai jam setengah 9, dan akhirnya jam12 kita pulang, lalu mampir sholat dzuhur di masjid akbar Kediri. subhanallah kan guys masjidnnya adeem banget. arsitekturnya juga kereeen banget.




hahay ini gue sedang foto sendiri



nah guys, ini udah di simpang delapan, kalo yang udah pernah ke Kediri pasti tau bangunan di simpang delapan ini. kalo boleh nyamain, jalanannya kaya di bunderan Harapan Indah Bekasi guys, tapi disini jauh lebih bersih. gak ada tukang jualan jadi gak ada sampah. bangunannya kaya diluar negri yah guys? 








okey sekian perjalanan gue kali ini, semoga terhibur *eh hehe
salam cantik
willis



Sabtu, 03 November 2012

I just


whether you are handsome or not
whether you are rich or not
whether you are clever or not

I just
I just wanna be the first 
in you life
not being the second, the third, the fourth, the fifth
make me being the first
because you are the first

-you-