Senin, 28 Januari 2013

We were getting ready to live but not living



Saya selalu berfikir kebahagiaan adalah rumah besar, mobil mewah, jabatan tertinggi, harta berlimpah. Tapi saya salah

Saya seringkali sibuk mempersiapkan diri untuk hidup, tapi justru lupa untuk menjalaninya

Saya sering berekspektasi berlebihan, mengadopsi rencana-rencana hebat tanpa mengukur pemahaman memadai terhadap diri saya sendiri

Saya lupa bahwa roh dan jiwa saya juga perlu menjalaninya, tak hanya rencana-rencana besar
Bagi saya, kebahagiaan itu lebih sederhana dari apa yang saya bayangkan
Contohnya, di ulang tahun saya yang ke 21, saya mendapat dua kado spesial dari sahabat saya. Sahabat sejak saya duduk dibangku sekolah dasar
Mungkin saya mampu membeli sepuluh atau bahkan dua puluh kado yang mereka berikan
Tapi esensinya berbeda. Mereka memberi. Dan ini merupakan kebahagiaan tersendiri buat saya
Ketika pertama membuka bungkusnya, saya hanya terdiam. Karena mereka memberi apa yang saya butuhkan

Ternyata bertambahnya usia tak menjamin kedewasaan. Saya seringkali “lupa” untuk apa saya hidup
Saya sibuk mencari pengalaman, sibuk membaca buku, sibuk menuntut ilmu, tanpa pernah menyadari untuk apa
Saya sadar, 21 tahun seharusnya saya berbenah. Berbenah dari sifat kekanak-kanakan yang terlalu berambisi tanpa asertivitas

Saya hampir tidak menyadari bahwa saya ada didunia juga karena rencana Tuhan. Lalu mengapa saya mesti khawatir?

Life is when we are enjoy the most

Satu hal lagi yang membuat saya berfikir, ibu saya mengirim pesan singkat pada pagi hari tepat pada tanggal 15 Januari yang isinya mengatakan bahwa

“Selamat ulang tahun sayang, 21 tahun yang lalu kamu lahir dan menjadi tamu istimewa buat keluarga ini”

Saat itu saya sedang sarapan pagi bersama teman saya, saya bingung bagaimana saya menyembunyikan air mata saya yang tumpah
Tanpa ekspektasi yang melambung dan kata yang berbunga-bunga.
Bahkan beliau pun tidak menggunakan kata “semoga sukses”, atau “semoga jadi anak yang shalihah” atau “semoga berguna bagi nusa dan bangsa”
Beliau, yang saya belum bisa memberikan apa-apa, bahwa sampai detik ini saya adalah tamu istimewa buat keluarganya
Saya tahu, saya adalah tamu, yang kapan saja saya bisa pergi dari sana
Tapi saya sadar, beliau mengharapkan sesuatu yang sangat besar pada diri saya
Diusia saya yang semakin berkurang ini, saya tahu bahwa saya harus menjalani hidup ini, bukan sekedar mempersiapkannya

hello girl, yes you, willis! you are too childish to live in this big world.