Ibu rumah tangga dan berkarir adalah dua pekerjaan yang
sangat menarik. Menjadi ibu rumah tangga adalah pekerjaan mulia, namun betapa
hebatnya jika seorang wanita juga berkarir disamping menjadi seorang ibu rumah
tangga. Disini saya tidak akan membandingkan antara keduanya, namun saya hanya
berkaca pada keluarga saya.
Tugas seorang wanita adalah mengurus rumah tangga. Membesarkan
anak-anaknya karena rumah adalah sekolah pertama bagi seorang anak. Wanita harus
pintar memasak, mencuci pakaian, menyetrika, membereskan rumah, walaupun
memiliki pembantu adalah sebuah pilihan yang tidak salah. Menjadi perhiasan
bagi suaminya. Menyediakan minum saat suaminya pulang kerja. Mengajarkan anak-anak
mengaji, membaca, menulis, melihat perkembangan anak-anak dan yang paling
penting menyusui anaknya sampai usia 2 tahun. Coba kita bayangkan, semua
pekerjaan yang saya sebutkan diatas adalah pekerjaaan yang tidak mudah. Belum lagi
masih banyak pekerjaan lain yang tidak disebutkan. Saya pikir menjadi seorang
ibu rumah tangga itu sangat luar biasa. Mengemban tugas besar yang datangnya
langsung atas perintah Tuhan.
Well, bagaimana dengan seorang ibu yang memilih untuk
berkarir?
Bagaimana mungkin seorang wanita membagi aktivitas
berkarir dengan kewajibannya menjadi seorang ibu rumah tangga?
Sebelumnya
saya definisikan dulu arti dari berkarir.
Saya mengambil definisi dari penulis favorit saya, Rene
Suhardono. Menurutnya, antara pekerjaan dan karir itu sangat berbeda. Pekerjaan
adalah alat bagi organisasi untuk mencapai tujuan tertentu dan alat bagi
individu untuk terus tumbuh sebagai pribadi dan profesional. Sementara karir
adalah mengenai diri sendiri. Karir bicara soal pemenuhan kebahagiaan dan
ketercapaian (fulfillment).
Dari
definisi diatas, saya bisa menyimpulkan bahwa karir itu passion kita. Kita tidak
akan merasa terbebani sekecil apapun pekerjaan kita, sekecil apapun gaji yang
didapat kalau pekerjaan itu merupakan passion
kita.
Saya
berkaca pada ibu saya.
Ibu saya bukanlah seorang ibu rumah tangga. Ibu saya
memiliki dua pekerjaan. Berkarir dan menjadi seorang ibu rumah tangga seutuhnya.
Betapa tidak, beliau bekerja dari pukul 8 a.m sampai pukul 4 p.m tanpa seorang pembantu. Pagi-pagi ibu
saya sudah rapi, sudah membuat masakan untuk keluarga, ibu saya sudah cantik,
memakai bedak, lipstik, eyeshadow dan sebagainya. Lalu berpakaian hem atau
blazer dan celana bahan. lalu beliau berangkat ke kantor. Saat jam istirahat,
beliau pulang untuk menyusui anak-anaknya, karena kantor dekat dengan rumah,
lalu kembali bekerja. Sepulangnya, ibu saya memasak lagi untuk makan malam,
tanpa melupakan segelas teh untuk ayah saya yang dibuatnya sendiri tanpa
seorang pembantu. Saya tidak pernah menggunakan jasa guru privat. Ibu saya
langsung yang mengajarkan saya membaca alfabet. Mengajari merangkai kata,
membuat kalimat, menulis. Sampai saya beranjak dewasa, saya tidak pernah absen
untuk sharing tentang apapun yang terjadi dalam hidup saya. Mulai tentang
sekolah, kehidupan, ataupun percintaan. 8 jam waktu yang dihabiskan ibu saya
dikantor tidak pernah membuat hubungan saya dan ibu saya merasa terbatasi. Saya
sangat nyambung dengan ibu saya. Ibu saya
tahu model pakaian apa yang sedang in, ibu saya paham tentang social media, ibu
saya sangat paham kalau saya meminta pendapat.
Ibu saya tidak pernah menghabiskan waktu untuk
membicarakan apakah tetangga sebelah baru membeli kulkas, mesin cuci, laptop,
karena waktunya sudah habis untuk dikantor dan menjadi seorang ibu rumah tangga
seutuhnya. Bahkan, kalau atap rumah ada yang bocor, ibu saya yang langsung
memperbaikinya. Ibu saya sangat pandai dalam berkomunikasi dengan orang lain
karena beliau terbiasa bertemu dengan berbagai jenis orang dikantor. Ibu saya
juga pandai mengatur keuangan, tidak serta-merta menghabiskannya begitu saja
karena beliau paham benar bagaimana ‘rasanya’ mencari uang.
Ibu saya mengerjakan semua pekerjaan rumah dengan tetap
berkarir bahkan tanpa seorang pembantu sekalipun. Ibu saya tidak hanya
bermanfaat untuk keluarga saja, namun juga mampu berkontribusi bagi sesama
lewat berkarir.
Well, ladies. Berkarir bukan berarti kita melupakan tugas
utama kita menjadi seorang ibu rumah tangga. Justru berkarir membuat kita lebih
pandai dalam mengatur waktu, mengatur keuangan tanpa sedikitpun kehilangan
momen berharga bersama keluarga. Justru berkarir membuat kita banyak belajar
melalui orang banyak yang nantinya berguna untuk mencerdaskan masa depan karena
seorang ibu yang cerdas akan menghasilkan anak-anak yang cerdas.
ada suami yang menyuruh istrinya berkarir, agr memiliki tujuan hidup..
BalasHapuskalo saya milih berkarir di rumah karena gak tega ninggal anak (dan sudah kesepakatan dengan suami sih), dan lagian dengan adanya pc / laptop dan modem bisa punya kantor dimana saja..
prinsipnya h2o=home-home-office
setelah kerjaan rumah, masakan, anak beres..pas dia tidur, baru ngantor, buka email, fb, blog buat promo, melayani permintaan klien, mencatat di buku keuangan, dll
teh Avi : hehehe kalo punya usaha dirumah kaya teh Avi mah lebih enak dan lebih asyik, apalagi bisa deket terus sama anak :) tapi kayanya aku gak bakat nih buka usaha kaya teh Avi
BalasHapus