Senin, 01 April 2013

Nikah Muda? Hmmmpppffhhh...



Nikah muda? Dua frasa yang saya sebutkan itu merupakan sebuah fenomena yang terjadi dimasyarakat belakangan ini. Sebetulnya sudah terjadi sejak zaman Rasulullah, namun akhir-akhir ini sedang bergejolak ditengah masyarakat kita, atau saya aja yah yang baru denger? Hehehe. Kalo kita ngomongin dua frasa tersebut, gak bakal ada habisnya deh. Ada yang pro, ada yang ngotot pro, ada juga yang kontra, atau ngoto kontra, yang pasti, bikin nafas naik turun, geleng-geleng kepala, sakit perut, biasa aja, apatis, entahlah. Saya juga bingung.

Disini saya memberikan sedikit tentang pandangan saya tentang dua frasa tersebut, menikah muda. Jeng jeng jeng........

Menurut saya, tidak ada yang salah dengan dua frasa tersebut. Yang jadi permasalahan adalah, apakah pelaku menikah muda tersebut sudah siap?
Siap disini bukan hanya gedung bisa di booking, undangan bisa disebar ataupun catering dan busana pernikahan sudah dipesan. Bukan, bukan sesederhana itu. Lebih dari itu.

Bagaimana dengan penghasilan? Memang betul jika kita menikah, maka Allah akan memperbanyak rezeki kita. Tapi inget lho ya, semua pake usaha. Kalo emang kamu belum punya penghasilan banyak TAPI punya semangat dan etos kerja yang tinggi, buat saya kenapa enggak untuk menikah muda. Tetap dengan catatan “usaha” lho ya. Kalo kamu Cuma punya niat, terus pasrah kerja apa aja yang penting halal tanpa punya pencapaian pribadi, hellow anak istri mau dikasih makan apa? Allah juga males ngasih rezeki ke orang yang Cuma bisa pasrah, terus nekat nikah dengan alasan “entar juga kalo nikah rezeki akan dilancarkan” wah salah besar tuh.

Pikirkan habis menikah mau tinggal dimana. Dalam hal ini bukan berati sebelum nikah sudah punya rumah besar minimal tipe 72 yaa. Kecuali kalo orang tua kamu punya harta berlimpah dan dengan Cuma-Cuma ngasih semua hartanya ke kamu. Nah kalo yang berasal dari keluarga biasa-biasa aja, gimana? Kalo saya sih, gak mau tinggal dirumah mertua atau di rumah orang tua saya. Saya malu aja gitu udah berani bikin anak masih numpang ke orang tua, gak malu? Lebih baik sewa rumah sekalian atau cicil rumah. Perlu dipikirin juga tuh soal tempat tinggal. Minimal ada dana untuk sewa atau cicil rumah.
Ilmu. Ini yang paling penting. Banyak orang bilang “udah lah, ilmu kan bisa dipelajari sambil berjalan” wah kalo menurut saya salah besar tuh. Dalam pandangan saya, minimal sudah punya ilmu yang memadai untuk menjalin rumah tangga. Masuk universitas aja pake tes, susah lagi. Gak tau sih yang PMDK, soalnya saya kan SNMPTN hehehhe. Mau lulus juga di fakultas saya pake syarat nilai TOEIC nya harus minimal 550. Apalagi rumah tangga?

3 point terpenting dalam pandangan saya tentang 3 hal yang harus dimiliki dalam menikah. Dulu saya termakan oleh rumor soal pernikahan muda. Sehingga dulu ada orang yang ingin melamar saya, lalu saya sodorkan ke ayah saya. Dengan tegas ayah bilang bahwa kapanpun saya ingin menikah yang terpenting lulus kuliah S1 dulu. Pada waktu itu saya kesal karena saya berfikir ada pemuda baik yang memenuhi semua kriteria calon suami idaman kok ditolak, ayah nih bukannya melancarkan anaknya memenuhi sunnah Rasul, tapi seiring berjalannya  waktu, mata saya terbuka soal laki-laki tersebut. Sebetulnya dia sangat baik, tapi ada satu kriteria yang buat saya “gak banget” dia little bit we can say as ‘playboy’ well, pada saat itu ingin rasanya saya meluk ayah, bilang “Dad, thank you so much” Allah melindungi saya lewat ayah. Tapi sekarang laki-laki itu sudah menikah. Semoga kalian bahagia ya J hehehe

Saya anak pertama. Orang tua saya memang bukan pelaku menikah muda. Saat menikah, ayah saya berusia 27 tahun dan ibu saya 29 tahun. Waw lumayan agak tua yah?
Menurut saya, boleh tidaknya menikah muda itu juga dipengaruhi orang latar belakang keluarga. Di sejarah keluarga besar saya memang tidak ada yang menikah muda, maksudnya menikah saat masih sekolah atau kuliah, pun orang tua saya. Terlebih saya adalah anak pertama. Saya tahu, semua harapan-harapan kedua orang tua saya berada dipundak saya. Menikah muda memang sangat indah, tapi bukankah membahagiakan orang tua juga sangat sangat indah?

Sebetulnya menikah muda itu tergantung orangnya. Ada yang menikah saat kuliah justru malah membuat lancar kuliah, atau menikah muda justru menghambat kuliah juga ada. Dan sepertinya saya tipe orang yang akan terhambat. Saya menyadari bahwa saya paling susah mengatur waktu, apalagi mengatur keuangan. Haduuuuuuhhh saya paling stupid kalo soal uang. tapi paling jago kalo disuruh ngabisin. Hehehe.
Sebetulnya saya setuju dengan nikah muda, dibawah  usia 25 nikah muda kan? Tapiiiiiiii, saya akan menikah setelah saya lulus kuliah. Lebih bagus kalo saya menikah setelah lulus S2. Estimasi saya lulus S2 23-24 tahun AMIN.

Walaupun saya menjalani nikah muda, tapi saya juga memiliki banyak pencapaian. Lulus kuliah, hafal juz 30, minimal memiliki pekerjaan. Pintar masak, dan selama belum menikah, saya akan belajar untuk menggapai pencapaian-pencapaian saya tersebut. Betapa bahagianya calon suami saya ketika menikahi saya, saya lulus S1 atau lulus S2 atau sedang menjalankan S2, lalu betapa bangganya calon mertua saya memiliki calon menantu yang sudah lulus S2 atau sedang dalam proses S2, dan betapa gembiranya orang tua saya ketika bertemu temannya lalu berkata bahwa saya sudah lulus S2 disaat menikah. Memang hal tersebut mengarah ke “prestige” tapi siapa tahu kalau orang tua sangat bahagia dengan hal tersebut? Karena bagi saya kebahagiaan terpuncak adalah saat orang tua saya benar-benar merasa bangga memiliki anak seperti saya. Jika memang kemauan orang tua untuk menikah setelah lulus kuliah, mengapa kita tidak menahan sambil terus berbenah diri/ bukankah ridha Allah adalah Ridha orang tua?

Apalagi kalau seorang anak berada didalam kandungan seorang ibu yang sudah lulus S2, atau lulus S1, pasti akan berpengaruh terhadap kecerdasan intelektualnya, saya salah satu orang yang percaya akan hal itu. Semakin banyak ilmu yang telah kita peroleh, semakin cerdas anak yang akan kita hasilkan.
Saya percaya itu.

*Untuk wanita yang masih belum diizinkan menikah oleh orang tua nya dengan catatan harus lulus kuliah, itu bukan hal yang menyengsarakan. Justru orang tua kalian sungguh ingin membentuk kalian menjadi calon istri yang dapat dibanggakan oleh suami, mertua dan calon anak-anak kalian kelak. Jangan terpengaruh oleh media. Lebih baik membuat pencapaian-pencapaian yang akan membuat diri kalian lebih berharga untuk dijadikan istri, anak dan ibu.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

masukan yang membangun...