Akhir-akhir ini lagi booming banget masalah jilbab. Entah
saya yang ketinggalan zaman karena udah terlalu booming lama, atau memang
benar-benar lagi booming. Entahlah. Ada beberapa hal yang mengusik pikiran
saya. Tapi sulit untuk diungkapkan. Akhirnya, saya membaca di sebuah akun
twitter milik Dian Pelangi. Bukan karena saya ngefans banget sama dia, atau
saya langganan di butiknya dia, bukan. Karena memang tweet nya dia ‘saya banget’.
Begini bunyinya:
"Advices as "you're haram!" or "this
is not hijab!" Sometimes didn't help. What helped is reading sunnah, good
sisters & their examples.."
Yap bener banget. Sekarang lagi
booming-booming nya kata hijabers. Kalo dulu, arti hijabers itu ya para wanita
yang menggunakan jilbab. Tapi sekarang, term itu sudah berubah arti menjadi
sekelompok wanita-wanita yang menggunakan jilbab gaul, atau jilbab yang dipakai
sedemikian rupa sehingga menarik perhatian. Banyak orang yang juga
berlomba-lomba membuat tutorial cara memakai hijab sedemikian rupa, entah
bagaimana cara dan modelnya sehingga hijabers menjadi sangat menjamur dan
akhirnya muncullah berbagai macam butik atau online shop yang menjual pakaian
muslim wanita yang menarik dan berwarna-warni.
Pemahaman semakin bergeser dengan
terciptanya berbagai model hijab dan baju muslim, walaupun beberapa ada yang
tetap menciptakan kreasi busana dan hijab sesuai syariat. Terkadang pakaian
yang diciptakan terlalu ketat, atau kombinasi warna yang mencolok, serta tidak
menutup dada. Walaupun demikian, style seperti ini yang menjadi kiblat
masyarakat kita zaman sekarang. Alih-alih ingin syiar dan membuat wanita-wanita
tertarik menggunakan jilbab, justru terkadang beberapa designer out of the box.
Hal inilah yang memicu para
pendakwah, siapapun orang yang kurang setuju bahkan tidak setuju dengan cara
ini melakukan ‘perlawanan’. Entah kata ‘perlawanan’ terlalu kasar dan ekstrim,
tapi yang jelas, muncul juga berbagai artikel di berbagai media sosial, seperti
facebook terutama, mengingat facebook adalah salah satu sosial media yang mampu
menampung banyak kata, sehingga ketika saya membuka facebook, sering sekali
terdapat artikel-artikel tentang hijab.
Sayangnya, artikel yang mungkin
memiliki tujuan untuk saling mengingatkan, justru menjadi bumerang bagi kita
sendiri sebagai umat muslim khususnya para wanita. Mengapa tidak, saya saja
yang sudah memakai jilbab merasa tertohok membaca artikel tersebut. Contohnya saja
ada artikel yang bertuliskan “kalau memakai jilbab saja panas, bagaimana
panasnya api neraka”. Saya paham betul maksud artikel ini. Saya tahu ada
beberapa hadits yang mengatakan kalau tidak memakai jilbab wanita tidak akan
mencium wanginya surga padahal surga bisa dicium berapa ratus km (maaf saya
lupa ini hadits siapa). Saya paham akan hal itu. Akan tetapi, hanya Allah yang
mampu menjudge manusia. Kita sebagai sesama manusia apakah pantas menentukan
bahwa wanita yang tidak memakai jilbab itu masuk neraka? Soal aqidah itu urusan
manusia dengan Tuhannya, sesama manusia cukup saling membutuhkan akhlaq.
Tidak hanya itu, banyak sekali
artikel yang menunjukkan foto-foto para hijabers lalu di beri komentar kalau jilbab
yang mereka gunakan tidak syar’i atau tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
Mungkin artikel tersebut benar, misalkan para hijabers tersebut menggunakan
warna-warna pakaian yang agak mencolok atau tidak menutup dada. Tapi kan bisa
menggunakan bahasa yang halus. Kita hidup
didunia bukan mencari mana yang benar dan mana yang salah, akan tetapi saling
mengingatkan. Satu hal yang membuat hati saya terenyuh. Bahkan tak segan
banyak orang yang bilang “jilbab yang
digunakan haram! Tidak sesuai dengan syariat. Itu bukan jilbab, tetapi
telanjang!” astaghfirullah, saya hanya bisa istighfar. Kita ini sesama
muslim, untuk apa saling mencerca, apalagi saling menjudge bahwa sesuatu haram.
Menurut saya hal tersebut sudah bukan masuk kategori dakwah lagi, karena selama
saya halaqoh dan ganti-ganti mentor, yang namanya dakwah itu mengingatkan,
bukan menjudge siapa yang haram dan siapa yang suci.
Ketika ada wanita yang terkadang
memakai jilbab, terkadang tidak, saya selalu prefer untuk mendoakan, bukan
berburuk sangka. Terkadang ada salah satu teman yang bilang “ih, lepas pake
jilbab, mending gue gak pake sekalian” yah mending dia lah, ada kemauan untuk
pake jilbab, walaupun masih lepas-pake jilbab. Tidak ada mendingan gak pake
atau mending lepas-pake. Yang benra ya memakai jilbab dengan istiqomah. Kalaupun
ada yang belum, yuk didoakan. Kalaupun ada yang lepas-pake ya jangan di judge
buruk. Mungkin hidayah belum sepenuhnya menghampiri dia atau mungkin masih
dalam proses.
Saya sangat positive thinking
terhadap para fashion designer yang berlomba-lomba membuat design baju muslimah
sedemikian menarik. Paling tidak, mereka dakwah dengan cara membuat para wanita
memiliki ketertarikan akan menutup aurat. Mungkin niat awal agar tampil cantik
dan menarik, akan tetapi seiring berjalannya waktu dan pemahaman, pasti
wanita-wanita akan terus belajar bagaimana sih jilbab yang syar’i itu. Saya pun
menyadari dulu jarang sekali wanita yang memakai jilbab, tapi sejak ada
gebrakan baru dari para hijabers, saya yakin wanita yang tertarik untuk menutup
aurat semakin banyak.
Saya pun ketika menutup aurat
mungkin masih belum sempurna. Kadang menggunakan celana, kadang tidak menutupi
dada padahal yang seharusnya jilbab itu tidak ketat, menutupi dada, longgar,
tidak menyerupai laki-laki, hanya telapak tangan dan wajah yang terlihat. Saya sadar.
Untuk itu marilah kawan kita saling mengingatkan, bukan saling berburuk sangka.
Kita sama-sama mencari ridho Allah. Bukan justru saling menjatuhkan. Karena perkataan "haram dan ini bukanlah jilbab
yang syar’i" justru tidak membantu dan tidak akan merubah apa-apa. Pertemanan yang baik, saran yang membangun dan saling mengingatkan adalah jalan
terbaik.
Untuk teman, saudara wanita sesama
muslim, yuk didoakan. Semoga yang masih suka pakai hotpants bisa pake celana
panjang. Yang suka pake tanktop supaya memakai baju panjang. Yang belum memakai
jilbab supaya dimudahkan untuk memakai. Yang sudah memakai jilbab semoga lebih
syar’i lagi, dan yang sudah syar’i semoga di lengkapi dengan amalan-amalan yang
lain. Karena sesungguhnya Allah menyukai proses, apapun itu, proses menuju
kebaikan. Untuk sesuatu yang istiqomah.
Tunggu, pertama, aku kira aku kena jebakan betmen karena di tab bar kok ada kayak link gitu. Terus ternyata "a.ssrtive.ness..." itu judul blog Kakak. Oke.
BalasHapusSimple: can't agree more sama tulisan kakak.
kadang emang cara 'mengingatkan' yang dilakukan oleh bbrp teman yang lain itu terlalu keras. satu yang paling aku ga setuju adalah ketika ada foto hijaber pake acara dipajang di facebook dengan caption bahwa ini adalah contoh jilbab yang sama sekali ga sesuai syariat. alih-alih mengangguk setuju dengan artikel yang dikeluarkan, aku cenderung kasihan dengan sang empunya foto yang fotonya dijadikan 'bulan-bulanan'.
aku sendiri berhijabnya belum sempurna, masih mengusahakan sedikit demi sedikit karena kadang perubahan yang terlalu drastis itu sedikit berat. semoga dengan kesadaran akan adanya jilbab syari, fashion designer kita juga akan menyesuaikan dengan kondisi sehingga bisa mengajak teman-teman lain utk berhijab sesuai syariat (9'_')9
iyasih, tapi wait-wait btw letak tidak setuju kamu dimana yaaa? hoho kayaknya dari koment nya setuju sama tulisanku #telmi
BalasHapus