Ibu kita Kartini, sedang apa?
Pasti disana kau terang
benderang
Bukan karena cetusanmu habis
gelap terbitlah terang, tapi karena apa yang telah kau lakukan untuk bangsa ini
hingga membuatmu merasa terang disana
Ibu, kau tahu, apa yang sedang
kami alami disini, tak seindah apa yang kau pikirkan
Kalau habis gelap terbitlah
terang, maka disinipun kami merasa gelap kembali
Ibu, kami merasa seperti
dijajah kembali
Bukan karena Belanda kembali
setelah mengetahui kau sudah tiada
Bukan juga Jepang yang berfikir
untuk kembali menduduki tanah air kita
Tapi disini kami saling
menjajah
Hukum diobral murah
Moral didiskon habis-habisan
Revolusi berceceran di seprai
kamar 2x3 meter
Payudara dihargai lima ribu
dapat sepasang
Vagina tak lagi menjadi lambang
kehormatan
Ibu kita kartini, bisa kembali
sedetik saja dan tolong beri tahu mereka arti perjuanganmu
Kami saling bercumbu bak
kuda-kuda yang kehausan
Kami saling melempar cinta
diatas ranjang bobrok tak berseprai
Para negarawan bercerita
tentang perjuangan pahlawan sambil mendesah seperti anjing yang melolong
kelaparan
Para penegak hukum memukul palu
sambil menghisap puting remaja lima belas tahun
Ibu kita kartini,
Saya adalah penonton yang sudah
membayar karcis, saya ingin pertunjukkan kelas hollywood, bukan layar tancap
yang bubar ketika gerimis datang
Ibu kita Kartini, jangan harap
ada putri sejati, putri Indonesia yang harum namanya
Karena kami disini masih saling
menginjak agar harum nama kami satu sama lain
Ibu kita Kartini, jangan harap ada
pendekar bangsa, pendekar kaumnya untuk merdeka
Karena kami disini masih sibuk
mengadu domba dan saling menyikut
Ibu kita Kartini, jangan harap
ada putri yang mulia, yang sungguh besar cita-citanya bagi Indonesia
Karena kami disini masih
menjual ke-kartini-an kami demi sesuap nasi, apalagi bercita-cita
Ibu kita Kartini, nasionalisme tak menjadikan
kami mengerti mengapa ada bendera merah-putih
Agama juga tak mampu membuat
kami sadar untuk apa kartini diciptakan
Ibu kita kartini, kami disini
masih sangat lemah. Wanita Indonesia masih tak mengerti jati diri, walaupun
monorail akan dibangun di kota Metropolitan
wanita tetap menjadi komoditas paling menggiurkan ditengah kerakusan bangsa ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
masukan yang membangun...