Dear diary
Tuhan, aku yang brengsek, atau
Kau yang sedang melupakan aku?
Aku hanya butuh uang,
Aku capek harus menjajakan
diriku dihadapan para lelaki hidung belang
Dihadapan para penguasa negeri,
dihadapan para pemerkosa rakyat,
Hanya demi sesuap nasi,
selembar kain sutera, sepercik penahan dahaga, sebutir emas, selaksa harga diri
Aku malu payudara ini diremas
oleh mereka,
aku malu vagina ini dijamah
oleh mereka
Mereka menunggangiku sambil
berteriak soal kesejahteraan,
mereka menjamahku sambil mengajak
diskusi soal cita-cita bangsa ini,
Tapi apa daya, bukankah ini
ujian darimu?
Ketika kutangku sudah tidak
menutupinya lagi?
Ketika celana dalamku sudah
berlumur darah segar?
Ini bukan kesalahanku! Ini ujianmu, bukan?
Tuhan, mengapa kau berikan
kebahagiaan dunia bukan pada aku yang merindukan kehormatan
Tapi pada mereka yang
berlindung dibalik selembar kemunafikan,
Mereka tidak panas,
Mereka nyaman,
Mereka aman,
Mereka terhormat,
Tapi mereka sudah merampas
ke-hakikian hidupku
Mereka yang telah
mencabik-cabik kemaluanku,
Tapi aku yang menanggung
perihnya
(catatan hati seorang perek jalanan)
Cuma sedikit mengganjal, dengan kata-kata berikut:
BalasHapusTapi apa daya, bukankah ini ujian darimu?
Ini bukan kesalahanku! Ini ujianmu, bukan?
Pertanyaan itu bukan ditujukan untuk pembaca, apalagi saya, berarti yang bisa saya sampaikan hanya pertanyaan balik...
Benarkah itu ujian ? ataukah lebih tepat disebut pilihan ?
Selebihnya, nice n inspiratif...
ya, terima kasih untuk masukan nya yang membangun :)
BalasHapus